Rabu, 29 Mei 2013


Thufail Al GhifariADA APA GERANGAN

jika Allah berikan makan burung-burungmestinya negeri ini lebih hebat dari itu
Jika Allah naungi semua tumbuhan
harusnya negeri ini lebih teduh dari itu

Reff:
Ada apa gerangan
Adakah salahku menghambat semua keberkahan
Ada apa gerangan
Adakah raguku tutup semua keberkahan

Pada-Mu ya Allah kami gantungkan semua do'aDan ikhtiar niat kehidupan kami
Pada-Mu ya Allah harapan semua keberkahan
Tutunlah kami selalu berjalan dalam syariat-Mu

Pada-Mu ya Allah kami gantungkan semua do'aDan ikhtiar niat kehidupan kami
Pada-Mu ya Allah murnikan semua keberkahan
Jagalah kami selalu berjalan dalam syariat-Mu

Jika Allah berikan kenyang ikan dilautan
Mengapa masih ada dahaga di negeri ini
Jika Allah cukupi semut hingga singa di hutan
Pantaskah kita berharap pada selain Allah
 


thufal al ghafari 

Muhammad Thufail Al Ghifari adalah salah satu rapper yang cukup dikenal di komunitas hiphop local dan nasyid indonesia. Kedua albumnya sudah memberi warna tersendiri dalam perjalanan eksistensinya. Walau aransemen music di album Syair Perang Panjang sempat mendapat banyak cercaan dari komunitas hiphopindo, ditambah syair – syair islam yang tajam, tegas dan sangat agresif membuat Thufail sering dicap rapper islam garis keras bahkan hingga saat ini masih banyak yang memberikan penilaian tersebut.




Namun dibalik semua pro kontra itu, Thufail Al Ghifari ternyata mampu membuktikan ketangguhan prinsip dan idealisnya. Tidak sedikit orang – orang yang terinspirasi dengan lagu – lagunya, bahkan memilih hijrah membela islam karena terinspirasi oleh lagu – lagu Thufail Al Ghifari.

Thufail Al Ghifari terlahir dari pasangan Pendeta, masuk islam tahun 2002 setelah melewati proses pemikiran dan pencarian jati diri yang panjang. Jiwa musiknya merupakan warisan dari sang ayah yang juga mampu memainkan semua jenis alat music dari gitar, bas, piano, keyboard hingga drum. Thufail pertama kali membuat band dengan nama Rafflesia di kelas 2 SMP. Rafflesia memainkan lagu – lagu dari Godbless, Kantata Takwa, Slank, Boomerang, Jamrud hingga Iwan Fals. Setelah lulus dari SMP Negeri 3 Bekasi, Rafflesia bubar.

Senin, 01 April 2013


X Calibour

Berawal dari empat pemuda yang mempunyai persamaan selera dalam jalur musik Hiphop, yaitu tertarik untuk menjadi Rapper (eMCee). Seperti layaknya pengusung Hiphop dalam sejarah industri musik di Indonesia yaitu Iwa Kusuma (Iwa K), mereka ingin berkarya dalam jalur musik ini. Sejak tahun 1994, mereka telah berani menunjukkan karya-karya terbaik mereka. Tidak dapat dipungkiri tentang pengadopsian musik dan kultur yang notabene berasal dari kaum kulit hitam di Amerika ini, yang pada akhirnya membuat tiap individu yang berada di dalamnya pun juga mempunyai karakter yang sangatlah berbeda-beda. Dikarenakan banyak Influence yang mereka jadikan panutan dalam pencarian karakter suara dan ciri khas di waktu sebelumnya, seperti Wu Tang Clan, Busta Rhymes, DMX, Public Enemy, The Flipmod Squad, Ice T, dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi pendorong, sekaligus menjadi inspirasi mereka untuk berkarya di jalur Hiphop.
Bagi mereka, Hiphop bukanlah berhenti hanya dalam batas mendengarkan musiknya saja. Tetapi mereka juga mencoba untuk selalu berdiskusi tentang Hiphop meliputi 4 unsurnya (rapping, break dancing, real deejay with turntable or vynil, tagging or graffity), dan segala sesuatu yang berada di dalamnya, seperti musik dalam Hiphop, penulisan lirik, filosofi yang terkandung, gaya hidup, gaya berpakaian, dan lain sebagainya.
Karena persamaan visi dan misi tersebut, akhirnya pada pertengahan tahun 1998, mereka mencetuskan untuk bergabung dengan nama X-Calibour, dan mengangkat bendera Hiphop diatas segalanya.

X-Calibour, sebuah nama yang diambil dari cerita legenda rakyat Inggris, yaitu nama pedang sakti yang dimiliki oleh King Arthur (Excalibour), yang digunakan sebagai senjata pamungkas untuk menyelamatkan Kerajaan Inggris dalam melawan musuh-musuh mereka.
Dari cerita legenda tersebut, maka nama X-Calibour mereka ambil, dengan filosofi “mampu mempertahankan keberadaan musik Hiphop Indonesia.”

Di tengah kekacauan, X CALIBOUR berhasil menyelesaikan dan diterima dengan baik. Kritis dan komersial, dan dipuji sebagai suatu inovatif, baik lirik dan musik.
Pada tahun 1999 X Calibour mengawali debutnya di dalam industri musik Indonesia dengan mengeluarkan single “Dobrak“ yang terdapat dalam album kompilasi PERANG RAP rilisan Pasukan Record. Single itu membawa X Calibour menjadi salah satu group Hiphop yang keberadaannya cukup diperhitungkan di Indonesia, karena sempat menduduki 10 besar peringkat tangga lagu terbaik radio-radio di Jakarta maupun di beberapa kota besar di Indonesia. Single ini juga sempat masuk dalam program acara “MTV Madness” pada tahun 2003.
Tahun 2005 X Calibour merilis album perdana mereka yang diberi tittle “Ini Baru” ( Pasukan Record & Bravo Music indonesia ). Dengan materi yang sama ditambah 2 track baru dengan single “Walk My Way” pada tahun 2006 X Calibour merilis album Repackage “Ini Lebih Baru” ( Explosive Record & Blackboard).
Kondisi x-calibour sekarang secara personal sudah berbeda totalitasnya karena kesibukan, sehingga mengharuskan X Calibour fakum untuk beberapa saat dan pada 2011, X CALIBOUR bisa kembali bernafas lagi dengan kemasan terbaru yang lebih Eksplorasi dan inovatif.

hip-hop telah berubah sangat.
"Rap telah diterima. tidak perlu pergi melawan arus apapun. Pertempuran sekarang itu di tanah tinggi. "
X CALIBOUR terus membuat musik dengan harapan pendengar memberdayakan, dan rapper lain juga mencoba mengirim pesan-pesan positif.
"Paradigma lama sudah berakhir melalui kita sekarang di masa depan, dan musik telah mengambil lompatan terhadap aplikasi multimedia. "

Ini adalah Hip Hop baru .tindakan dan gerakan ,berdoa bahwa industri akan mendukung.

Demikian saya ucapkan terima kasih yang sebesar besar kepada seluruh penikmat music di Indonesia dan pelaku seni .semoga ini bisa menambah warna dan mempunyai pesan pesan yang bisa diambil.Peace…………..!!!

HOMICIDE – TANTANG TIRANI


Ini adalah monumen tengat kesabaran dan angkara
Satu  barisan ribuan mimpi
Titik berangkat yang tak pernah dapat kami datangi kembali
Terbuang serupa fotokopian pamflet aksi di setiap perempatan
Harapan kami akan berakumulasi menyaingi nyalak senapan kalian!
Kami merayap dalam lamat menyaingi hantu-hantu pesakitan
Hingga waktu kalian mencapai tengat…
Titipan angkara mereka yang tak bisa lagi bersuara
Ini muara seluruh arwah yang kehilangan nyawa
Dalam hitungan langkah kami akan isi angkasa
Dengan ribuan pekik yang sama saat kalian terbakar bersama bara
Terlalu kentara manuver mereka memplot penjara
Hukum, moral, kebebasan, batas surga dan neraka
Merancang kontrol bawah sadar serupa bius pariwara
Menjagai setiap inci palang pintu modal dengan tentara
Sebelum waktu yang banal jumud berkanal
Semua momen heroik yang tak pernah tercatat dalam tanggal
Biarkan mereka lafaz semua peringatan yang mereka hafal
Setiap ayat pasal karet pertahanan para tiran berpangkal
Kebebasan yang datang saat kau tak memiliki lagi harapan
Saat opsi tersisa adalah berdiri menantang para tiran
Saat momen terhidup dalam hidupmu adalah memasang badan di tengah medan
Kawan, mana kepalan kalian?!
Serupa biksu Burma di hadapan moncong senapan
Serupa malam Januari yang menandai Chiapas
Serupa seruan Chavez di depan muka Amerika
Serupa tangan Intifadha yang melempar batu di Palestina
Serupa siklus ronta kota pasca Genoa
Serupa rudal Hizbullah di daerah pendudukan
Serupa rahim setiap ibu yang melahirkan para kombatan yang menantang setiap tiran di titik nadir perhitungan
Kami menolak menjadi bidak, sekedar sekrup dan tumbal
Target pemasaran sampah industri kapitalis global
Sekedar hidup lurus dalam dikte penguasa arus
Sekedar kalian tahu kami akan bertahan sampai mampus
Kalian awetkan hegemoni dengan balsam mumi anti-teror
Kombinasi intel dan preman menebar horor
Kalian kerangkeng kami dengan pembenaran semantik
Kami rancang kalam puitik yang lebih bersenjata dari ribuan manifesto politik
Kaya semakin kaya, miskin semakin papa
Kalian dapat berlindung di balik ocehan nasib dan samsara
Lakukan apapun termasuk menjadi tuhan
Kami akan berdiri di sini, tak sendiri, hingga nafas penghabisan
Kebebasan yang datang saat kau tak memiliki lagi harapan
Saat opsi tersisa adalah berdiri menantang para tiran
Saat momen terhidup dalam hidupmu adalah memasang badan di tengah medan
Kawan, mana kepalan kalian?!
Serupa kesabaran terakhir para buruh di palang pintu pabrik
Serupa panen terakhir para petani penggarap
Serupa tengat miskin kota di ujung penggusuran
Serupa pilihan terakhir Pasifik di hadapan ancaman pasar
Serupa harapan mereka yang tak bisa lagi berharap
Serupa pilihan terakhir keluarga korban kekerasan negara
Serupa rahim setiap ibu yang melahirkan para kombatan yang menantang setiap tiran di titik nadir perhitungan
Kami akan bangun kembali godam dari reruntuhan dan kerangka harapan
Keyakinan yang menyaingi semua manual langitan
Esok akan terlalu terlambat, hari ini atau tidak sama sekali!
Meski kalian coba bunuh kami berkali, kami akan lahir berkali bergenerasi
Harapan desis gunung pasir dan lautan yang menyapa setiap kawan
Dan menagih setiap jemari yang pernah menjanjikan kepalan
Untuk menggetarkan nyali para tiran!
(Orasi)
Kawan-kawan, dengarkan kawan-kawan!
Komando ada di tangan saya, jangan terpancing provokasi!
Kawan-kawan, tunjukkan pada mereka kita tidak akan pernah melarikan diri, kawan-kawan!
Komando ada di tangan saya. Satu langkah untuk pembebasan!
Hitung mundur dari sekarang!!

HOMICIDE – RIMA ABABIL

karena khalayak tak pernah salah memuja thagut penampakan
maka kalian adalah terdakwa yang terlalu mendambakan
domba tanpa gembala, wujud tanpa kepala, dunia tanpa pandawa
sumpah aral kuasa tanpa palapa
merakit dunia tanpa manual tunggal
mengepal surga neraka yang manunggal
di ujung hari yang berlangit sepekat aspal
di petang para dajjal neoliberal meminta tumbal
karena buku sejarah ditulis dengan darah
dengan anggur dan nanah, dengan kotbah dan sampah
maka argumen terlahir dari kerongkongan korban
digorok dipagi buta di lapangan pedesaan
dikubur bernafas dimalam semua kutukan
menaruh rima diatas hitungan ritme pukulan rotan Brimob
pengganti aroma Smirnoff, berakhir
layak hasrat Deborg berepilog tanpa akhir
kombinasi mutakhir para gerilyawan Kashmir,
Tolstoy dan B-boy yang menari diatas pasir
hingga para aparat Gomorrah tak berdiri tanpa dipapah
hingga berhala yang kau sembah merata dengan tanah
dengan khasanah busur serapah tanpa panah
dengan ranah yang merubah kotbah yang menjadi limbah
dengan lanskap penuh kesumat, despot melaknat
penuh bigot yang bersandar pada jaminan polis dan jimat
maka kupinang kepalan pelumat
tirani valas yang tak pernah tamat memplagiat kiamat
hingga liang lahat, dengan eskalasi perang badar
membakar akar penyeragaman bawah sadar
pasca kolonial pasca neraka horizontal
pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi wadal
sejak para kaisar merapal mantra anti-makar
sejak para patriot tak pernah sadar menjadi barbar
rima ini ku rancang untuk menantang mitos
hegemoni rezim dewa logos
ku rancang rima ababil yang bidani holokos
jika kau bangun kastilmu tuk mendominasi kosmos
antitesa dari semua petuah para tetua
penguasa gua, gabah dan semua kutukan tak bertuah
rima ini adalah hitam merah tetesan darah
pemusnah lintah bendungan siklus hasrat dan amarah
ludah para penadah gejah yang menawar bid’ah
yang lupa melawan titah, kerajaan risalah,
pemungut arwah peluluh lantah kaki tangan kepala berhala yang ku nujum punah
serupa jalur ziarah satuan batalyon lakon
yang membantahkan konon gurita monitor panoptikon
dan jargon perluasan koloni kanon
perpanjangan netra Mossad dan agenda titipan Pentagon
agen intelejen berbisik dalam dialek dekaden
berdiskusi tentang ribuan ancaman bahaya laten
lumpen yang membangkang, hedonis yang mencoba terbang
sufi yang menjangkau terang dan anarkis yang merontakekang
rima ini adalah kontra komando, menolak berkarat
di pengujung tengat m’rancang beliung serupa tornado
untuk balans yang banal, balada dalam kanal dialog satu arah sejarah yang berkoar bertemu final
hingga satu subuh para sayap terentang, menantang menara rutan dengan kesadaran para pecundang
berembuk di pojokan selokan desa dan urban merakit plot armamen ababil sebelum mentari datang
sebelum cenayang industri keluar mencari mangsa
menuai bara dari pusara kalam dan makam wacana
kesucian taklid yang menyuburkan bencana
para penikam punggung dan para pengkhianat lantai dansa
pasca kolonial pasca neraka horizontal
pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi tumbal
sejak argumen hanya berkisar di pusaran selasar
surga dan neraka, kontol, isu kelentit dan biji zakar, yo

MEGATUKAD


Homicide kembali pada kalam serupa bara/ menjaga nyala api
hasrat ditngah rawa/ mengasah mata belati penasbihan petaka/ bagi mata medusa
yang tak berujung menagih nyawa/ bagi kuasa yang mengendalikan parlemen dan
penjara/ menyambut petang berhala, ku tunjukkan kau gejala/ didepan pintu
McDonalds dan gerbang Kodam berkepala/ macan siliwangi yang dipenggal ribuan
terdakwa/ air sumur berbusa, langit sehitam jelaga/ udara bertaringmemaksa rima
ini berbisa/ dank au iman yang menghamba pada keabadian pusara/ kubacakan serat
korporat yang mengglobalkan angkara/ rahim samsara yang terjaga pasca bencana/
pasca iman disilaukan kilatan C-4 dan surga/ dan pasca jaring warasku yang
mulai menyaingi utopia/ semustahil berharap dunia pasca 9-11 tanpa tentara/ tanpa
antara kukabarkan perihal neraka/ perihal SODOM-GOMMORAH, gurah dan semua
barisan berhala/ yang kau pijak kau jadikan jalur sumber pahala/ dan kau tebus
semua surga dengan bangkai para pendosa/ rima serupa sangkala prosa penolak
bala/ hiphop hulu waktu dengan pekat sehitam bendera/ bukan lagi perkara bukan
lagi masalah jika/ ribuan mimpi, satu barisan rubuhkan menara

Bentangan kalam serupa bara, satuan rima penolak bala
Kepalan langitan gantang bencana, seharam jadah penagih
nyawa

Homicide kembali pada bentangan kalam serupa martil/ prosa
ababil, ziarah kesumat demolisi kastil/ serupa menarik tentara dari Freeport,
rima ini mustahil/ kalian kubur bersama sejarah di pemakaman terusir/ negasi
yang berdiri kala valhala tak berpinggir/ demokrasi dagelan boneka tirani mesin
kasir/ koalisi kobil, yang meminta setoran parker/ serupa darah dan satir dan
pengabdian tanpa akhir/ rima kontra takdir, cetak biru korporat vampire/ tata
dunia baru memaksa rima ini bertitik nadir/ konspirasi tanpa akhir dan arwah
pembangkang sipil/ antidote keterasingan dalam kepakan sayap martir/ serupa
lobi parlemen menggiring para musafir/ ke padang kepatuhan ujung laras para
mariner/ nazarkan hidup tanpa sipir dan ujung harap yang lahir/ demi surga dan
janji para pahlawan usang yang tak pernah hadir/ armament imaji dalam magasin
barisan sabil/ hunusan trakhir, pelumatan manual para kusir/ harapan yang
menolak saji hamba dimuka takdir/ bersama para sodagar menyusun jutaan tafsir/
rima serupa sangkala prosa penolak bala/ hiphop hulu waktu dengan pekat sehitam
bendera/ bukan lagi perkara bukan lagi masalah jika/ ribuan mimpi, satu barisan
rubuhkan menara.

HOMICIDE – BARISAN NISAN

matahari terlalu pagi mengkhianati
pena terlalu cepat terbakar
kemungkinan terbesar sekarang adalah memperbesar kemungkinan
pada ruang ketidak-mungkinan
sehingga setiap orang yang kami temui tak menemukan lagi satu pun
sudut kemungkinan untuk berkata “Tidak mungkin”
tanpa darah mereka mengering
sebelum mata pena berkarat menolak kembali terisi
sebelum semua paru disesaki tragedi
dan pengulangan menemukan maknanya sendiri
dalam pasar dan semerbak deodorant
atau mungkin dalam limbah dan kotoran
atau mungkin dalam seragam sederetan nisan
atau mungkin dalam pembebasan ala monitor 14 inci
yang menawarkan hasrat pembangkangan ala Levi’s dan Nokia
atau dalam 666 halaman hikayat para bigot dan despot
yang menari ketika jelaga zarkot berangsur menjadi kepulan hitam
berselubung Michael Jordan di pojokan pabrik-pabrik ma’lun para
produsen kerak neraka berlapis statistik
pembenaran teatrikal super-mall
opera sabun panitia penyusun undang-undang pemilu
yang mencoba membanyol tentang kekonyolan demokrasi
yang rapi berdasi menopengi mutilasi pembebasan dengan sengkarut argumen basi
tentang bagaimana menyamankan posisi pembiasaan diri di hadapan seonggok tinja
para sosok pembaharu dunia bernama PASAR BEBAS dan perdagangan yang adil
untuk kemudian memperlakukan hidup seperti AKABRI dan dikebiri matahari
terlalu pagi mengkhianati
dan heroisme berganti nama menjadi C-4, Sukhoi dan fiksi berpagar konstitusi
menjenguk setiap pesakitan dengan upeti bunga pusara dari makam pahlawan tetangga
bernama Arjuna dan Manusia Laba-laba
pahlawan dari Cobain hingga Visius
dari berhala hingga anonimous bernama Burung Garuda Pancasila
yang menampakkan diri pada hari setiap situs menjadi sepejal bebatuan yang melayang
pada poros yang sejajar dengan tameng dan pelindung wajah para penjaga makam Firaun berkhakis
yang muncul 24 jam matahari dan gulita bertukar posisi setiap pojokan
bahkan di kakus umum dan selokan mencari target konsumen dan homogenisasi kelayakan
maka setiap angka menjadi maka dan makna
ketika kita disuguhi setiap statistik dan moncong senjata dengan ribuan unit SSK
untuk menjaga stabilitas bagi mereka yang akan dinetralisir karena menolak membuang buku Panton sebagai panduan kebenaran
sejak hitam dan putih hanya berlaku di hadapan mata sinar xerox
menolak terasuki setan dan tuhan yang mewujud dalam ocehan pencerahan kanon-kanon
degungan Big Mac dan es krim cone yang berseru,
“Beli! Beli! Beli! Konsumsi, konsumsi kami sehingga kalian dapat berpartisipasi dalam usaha para anak negeri yang berjibaku untuk naik haji!”
oh… betapa menariknya dunia yang sudah pasti
menjamin semua nyawa dan pluralitas dengan lembaran kontrak asuransi
dengan janji pahala bertubi
dengan janji akumulasi nilai lebih, bursa saham
dan dengan semantik-semantik kekuasaan yang hanya berarti dalam kala
ketika periode berkala para representatif di gedung parlemen memulai tawar-menawar jatah kursi
dan kekuatan hanya berlaku paska konsumsi cairan suplemen, tonik dan para biggot bertemu kawanan
dan cinta hanya akan berlabuh setelah melewati sederatan birokrasi ideologi berwarna merah, hijau, hitam, kuning, biru, merah, putih dan biru
dan merah
dan putih
Oh betapa indahnya dunia yang berkalang fajar poin-poin NAFTA
sehingga pion-pion negara yang berkubang di belakang pembenaran stabilisasi nasional
menemukan pembenaran evolusi mereka dengan berpetakan saluran-saluran pencerahan
para rock-stars yang lelah berkeluh-kesah
kala peluh mengering kasat di hadapan pasanggiri lalat telat pasar
dan kilauan refleksi etalase dan display berhala-berhala
berskala lebih taghut dari ampas neraka diantara robekan surat rekomendasi negara donor
perancang undang-undang dan fakta-fakta anti-teror
para arsitek bahasa penaklukan para pengagung kebebasan
kebebasan yang hanya berlaku di hadapan layar flatron kemajemukan ponsel demokrasi kotak suara dan pluralisme gedung rubuh
Oh betapa agungnya dunia di hadapan barisan nisan yang dikebiri matahari
dan terlalu pagi mengkhianati
Maka jangan izinkan aku untuk mati terlalu dini
wahai rotasi CD dan seperangkat boombox ringkih
jangan izinkan aku mendisiplinkan diri ke dalam barisan
wahai bentangan seluloid dan narasi
dan demi perpanjangan tangan remah di mulutmu anakku,
jangan izinkan aku terlelap menjagai setiap sisa pembuluh hasrat yang kumiliki hari ini
demi setiap huruf pada setiap fabel yang kututurkan padamu sebelum tidur, Zahraku, mentariku!
Jangan sedetik pun izinkan aku berhenti menziarahi setiap makam tanpa pedang-pedang kalam terhunus
lelap tertidur tanpa satu mata membuta tanpa pagi berhenti mensponsori keinginan berbisa
tanpa di lengan kanan-kiriku adalah matahari dan rembulan
bintang dan sabit
palu dan arit
bumi dan langit
lautan dan parit
dan sayap dan rakit
sehingga seluruh paruku sesak merakit setiap pasak-pasak kemungkinan terbesar
memperbesar setiap kemungkinan pada ruang ketidak-mungkinan
sehingga setiap orang yang kami temui tak menemukan lagi satu pun sudut kemungkinan
untuk berkata, “Tidak mungkin”
tanpa darah mereka mengering
sebelum mata pena berkarat dan menolak kembali terisi
Matahari tak mungkin lagi mengebiri pagi untuk mengkhianati..

HOMICIDE – SITI JENAR CYPHER DRIVE

Aku katakan kepada kalian sabda batu kepada api
Bahwa di atas langit masih terdapat lapisan langit
Bahwa di atas langit masih terdapat berlapis surga tak berujung lapis
Sehingga semua makna hirarki langit hanyalah persepsi muka bumi
Aku katakan sabda batu kepada api
Di bawah tanah masih terdapat dataran tak berpijak
Di bawah tanah masih terdapat berlapis–lapis kerak neraka
Sehingga siapapun yang mengklaim dirinya pemimpin bumi adalah pendusta
Aku katakan kepada kalian sabda batu kepada api
Perihal bentangan kalam puputan yang lahir pasca rubuhnya dua menara
Pasca sebuah akhir zaman yang mengawali pancaroba tanah dan angkasa
Kala semua ujung senjakala pembangkangan ini bermuara
Aku katakan sebuah sabda raja batu kepada lidah-lidah api
Bahwa ada adalah tiada dan kekosongan itu bernyawa
Bahwa ketidakberujungan semesta adalah kehampaan bernyala
Bagi mereka yang bernazar hidup tanpa hamba dan paduka
Aku katakan sabda batu kepada api
Perihal makna wahdatul wujud mengusung kebesaran nama semesta
Dimana pada setiap hembusan nafas, kami bersenyawa
Kami yang tak memiliki apapun, tak juga surga, tak juga neraka
Kami yang tak memiliki apapun, tak juga surga, tak juga neraka
Kami pula yang dapat menghadirkan keduanya bersenyawa di atas surga dunia
Tak ada tuan, tak ada hamba
Kehampaan ini bernyawa
Aku katakan kepada kalian sabda batu kepada api
Perihal riwayat hidup yang menggenang dibawah bendera klaim kebenaran
Perihal jemaat yang merasa jumawa saat merasa
Memiliki jejak riwayat kuasa yang meminta patuh semua nyawa
Aku katakan kepada kalian kutukan batu kepada api
Perihal sebuah kuasa yang berfana taklid pada kebenaran ala massifikasi
Perihal tuhan jejadian kontra kehidupan perihal datangnya kala
Mereka yang telah keluar dari sarang-sarang mereka
Dari pintu-pintu pabrik
Dari gerbang-gerbang korporasi
Dari jendela gedung-gedung parlemen
Mendatangi pintu-pintu rumah kalian
Menumbalkan semua masa depan keturunan kalian
Perihal tuhan jejadian kontra kehidupan perihal datangnya kala
Mereka yang keluar dari sarang-sarang mereka
Aku katakan kepada kalian sabda batu kepada api
Bahwa di atas langit sana masih terdapat berlapis surga tak berujung lapis
Sehingga semua makna hirarki langit hanyalah persepsi muka bumi
Sehingga siapapun yang mengklaim dirinya pemimpin bumi adalah pendusta
Aku katakan kepada kalian sabda batu kepada api
Semua ujung senjakala pembangkangan ini bermuara
Pasca sebuah akhir zaman yang mengawali pancaroba tanah dan angkasa
Sabda batu kepada api
Api kepada kaki kaki langit
Manunggaling kawula gusti mengusung Anok
Tanah ini berbisik perihal suaka pada kekosongan strata
Tak ada tuan, tak ada hamba

Ada adalah tiada, dan kehampaan ini bernyawa

HOMICIDE – YANG MERUBAH PANDANGANKU TERHADAP HIP HOP

 
 
 
 
 
 
Rate This

Kali pertama aku disarankan mendengar Hip hop dari Indonesia yang menggelarkan diri mereka sebagai Homicide , aku tak bersemangat langsung kerana aku cuma membayangkan Saykoji , artis Hip Hop yang tak sehebat mana yang juga dari seberang.
Tapi bila aku dengar Homicide dengan track berbahasa Indonesia yang semaksima kelajuan bunyi aku terus terpegun dan kagum . Aku langsung tak faham apa yang mereka katakan , tapi aku cukup sedar yang itulah rapping paling laju paling laju pernah aku dengar dalam bahasa melayu. Mungkin jelmaan Bone Thug n Harmony di alam Nusantara.
Tapi bila aku baca lirik , terus saja aku meletakkan mereka dikalangan genius dalam bidang penulisan .
Adalah bagaimana manusia menyebut nama tuhannya:
“tebas lehernya dahulu baru beri dia kesempatan untuk bertanya”
Pastikan setiap tema legitimasi agama seperti hak cipta
Supaya dapat kucuci seluruh kesucianmu dengan sperma
Persetan dengan Surga sejak parameter pahala
Diukur dengan seberapa banyak kepala yang kau pisahkan dengan nyawa
Cool ! aku tak pernah dengar bahasa yang sebegitu dalam lirik lagu. Padat dan tajam. Serta cukup untuk mengambarkan kebodohan di pihak fasis .
Malah , aku telah meletakkan mereka sama tingkatnya dengan band kegemaran aku , Propagandhi. Bukan kerana kepercayaan atheis mereka yang sama , tapi kerana kebijaksanaan mereka dalam menyusun lirik lagu politikal dan sangat bijak dan berani.
Di setiap baris pun mampu membuatkan aku berfikir betapa mereka sangat bijak bermain dengan perkataan sebagai senjata mereka.
“Partai bisa ular, belukar liberal
Gengis Khan mana yang coba definisikan moral”
Dan betapa sinisnya
“Melahap dunia menjadi pertandingan sepakbola
Penuh suporter yang siap membunuh jika papan skor tak sesuai selera”
Dan bila aku dengar lagu bahasa melayu yang seterusnya bertajuk Semiotika rajatega …. maka , aku tak berpaling lagi mengatakan inilah band hip hop terhebat pernah aku dengar (sememangnya homicide adalah satu-satunya hip hop yang aku dengar)

HOMICIDE SEMIOTIKA RAJATEGA LYRICS

MC hari ini lebih banyak menggunakan topeng dari Zapatista
Hampir sulit membedakan antara bacot patriot dan miskin logika
Bicara tentang skill kompetisi, mengobral sompral
Jatuh setelah berkoar, lari dengan ujung kontol terbakar
MC butuh federasi dan breakbeats berdasi
Untuk sekantung wacana basi dan eksistensi
MC Tampon, mencoba membuat mall menjadi Saigon
Amunisi tanpa kanon, mucikari martir yang gagal mencari bondon
Sarat kritik, kosong esensi seperti khotbah kyai Golkar
Bongkar essay kacangan lulabi usang pasca makar
Gelora manuver rima Kahar Muzakar
Tak akan pernah dapat menyentuh beat pembebasan B-Boy Ali Asghar
Hiphop chauvinis, kontol kalian bau amis, memang tak akan pernah habis
Persis duet Hitler tanpa kumis dan Earth Crisis
Krisis identitas, menyebut teman tongkrongannya ‘niggaz’
Sebut dan diss nama kami, kubuat bacot kalian karam seperti Tampomas
Berusaha setengah mati menjadi negasi
Berlindung di belakang pembenaran interpretasi, basa-basi
Mengobarkan kebanggaan dengan microphone terseret
Tak sabar menunggu saat monumental kalian berduet dengan Eurrico Guterrez
Ternyata rencana invasimu lebih meleset dari konsepsi
Dan prediksi partai marxist akan kematian borjuasi
Melemparkan invitasi MC pada setiap rima
Dan Homicide masih mendominasi sensus kematian populasi akibat rajasinga
MC adalah negara yang membuat kontradiksi tak pernah final
Tanpa manifestasi yang sesubstansial gerilyawan maoist di Nepal
Lirikal neoliberal, yang memaksa indeks lirikmu turun drastis
Dan terlihat lebih dungu dari logika formal, terlalu tipikal
Dan masih jauh dibawah horizon minimal
Memiliki nasib yang sama dengan PSSI dalam kancah internasional
Hadirkan konfrontasi maka MC lari mencari pengacara
Dan mengakhiri argumen dengan histeria seperti Yudhistira tanpa hak cipta
Jangan berharap unggul dengan skill bualan ala TV Media
Yang membuatmu dan Iwa tersungkur dalam satu kriteria
Representasi yang membuatmu nampak seperti fatamorgana
Membuat setiap microphone battle berakhir dengan wajah yang sama
Persetan dengan persatuan, hiphop hanya memiliki empat unsur
Dua mikrofon, kau dan aku, tentukan siapa yang lebih dulu tersungkur
Memang memuakkan melayani diplomasi scene lawakan
Tapi pasti kalian dapatkan jika kalian ingin konflik atas nama kebanggaan
Bidani bacot imortalitas hiphop murahan seperti liang dubur
membuat lagu lama konservatif keluar liang kubur
Karena aku adalah seorang kapiten neraka mematahkan pedang panjang para lokalis duplikat dan plagiat para Wu-Tang
Arwah objek kritik lapuk layak sosialisme ilmiah
Mencoba mengancam dengan lulabi akidah
Paku dalam bingkai kaca keagungan moralitas, persetan kuantitas
Kematian memang identitas yang tak perlu imortalitas
Label adalah reduksi
Komoditas residu industri
Kultural hegemoni
Membidani oponen dalam posisi
Prosa pramudya yang bukan Ananta Toer
Mengepal jemari meski dengan batas teritori yang terkubur
Me-manage kalbu tanpa retorika Aa Gymnastiar
Menembus urat nadi distribusi tanpa harus membuat izinku terdaftar
MC menabur bensin dan tak pernah punya nyali menyalakan korek
Membacot dibelakang punggung lebih parah dari CekNRicek

MC yang sama petantang-petenteng
Sekarang membawa icon peace lebih banyak dari para anggota Slank
Kalian para martir hiphop
Patriot tai kucing
Yang membela lubang pantat logika dengan darah
Siapkan microphone kalian dan siapkan untuk menutup lubang tai sejarah
Dan bagi kalian yang menginterpretasikan lagu ini untuk kalian..
Lebok Tah Anjiing!!!

Kepala aku terus teringat akan sosok hip hop Malaysia Too Phat dan Pop Shuvit. Nope, tiada di Malaysia buat tandingan Homicide. Terlalu tangkas permainan bahasanya.
“Membuat setiap microphone battle berakhir dengan wajah yang sama
Persetan dengan persatuan, hiphop hanya memiliki empat unsur
Dua mikrofon, kau dan aku, tentukan siapa yang lebih dulu tersungkur”
Aku tak dapat bayangkan sekiranya Homicide street Style mikrophone battle dengan taik-taik dari malaysia tu . Aku jamin yang kelajuan Homicide akan menjadikan mereka semua sebagai MCs Tampon.
Cuma hal yang menyedihkan Homicide sudah bubar dan tiada lagi harapan untuk menyaksikan mereka beraksi . Mitos tentang kumpulan ini akan terus di perkatakan .


Review: BlackBook, Indonesian Hiphop Documentary


However, saya tak akan melewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari orang-orang pertama yang menyaksikan film dokumenter hiphop pertama di negara ini, jadi saya merelakan diri untuk repot-repot mengosongkan isi kantong saya di depan detektor logam.
Saya tak ingat kapan terakhir kali datang ke acara yang dibuat oleh komunitas hiphop lokal. Sejak Manifestone, grup hiphop hebat yang tak pernah ada itu berkabut nasibnya, berada dalam sleep mode, rasanya saya tercerabut dari berbagai aktivitas kalangan hiphop Indonesia. Senang rasanya kembali menyaksikan kawan-kawan beraksi di atas panggung dan yang lebih membanggakan lagi tentu saja menyaksikan BlackBook.
Film ini mendokumentasikan perjalanan hiphop di Indonesia dari sejak zaman Iwa K hingga sekarang. Anda bisa menyaksikan bagaimana para punggawa Guest Music melakukan napak tilas memori tentang bagaimana dulu mereka membentuk Iwa K sebagai pionir rap di Indonesia. Demikian juga dengan orang-orang di balik Pesta Rap, album kompilasi yang bersejarah itu. Berbagai ingatan masa kecil kembali terlintas saat menyaksikan video klip lawas dari Black Skin dan Blake diputar.
Dalam BlackBook anda juga bisa melihat berbagai interview yang dilakukan dengan para legenda hiphop Indonesia. Anda bisa melihat bagaimana perjuangan Erik dan Doyz dulu membangun Black Kumuh – nama yang menurut Erik berasal dari pengalaman mereka dulu manggung di Blok M dengan sandal jepit dan wardrobe pinjaman dari Matahari dan Borobudur. Anda bisa melihat video rekaman Black Skin manggung di Tanamur, Tanah Abang, tempat yang saya sendiri tak tahu itu apa, tapi dari gambarnya terlihat ghetto sekali.
Kekuatan yang paling mencolok dari BlackBook ini adalah betapa banyaknya dokumentasi yang dimiliki sebagai landmark dari pergerakan hiphop di Indonesia. Nampaknya Ferri Yuniardo, orang di balik BlackBook yang juga setengah dari duo Sweet Martabak yang legendaris itu, mempunyai visi dari dulu bahwa kelak dirinya akan membuat film dokumenter hiphop.
Anda bisa menyaksikan berbagai rekaman dari zaman Ground Zero dulu hingga berbagai festival hiphop yang marak di awal milenium. Juga klarifikasi soal apa yang sebenarnya mendasari feud ”Hiphop sudah mati” antara Homicide dan Xcalibour yang masih menjadi buah bibir kalangan hiphop Indonesia sampai sekarang. Satu yang tak ingin anda lewatkan adalah penampilan perdana Saykoji tahun 2000 yang kala itu lebih mirip dengan Raben dibanding dirinya sekarang.
Secara umum, BlackBook menyajikan cerita dan insights dari berbagai kalangan hiphop Indonesia. Dari Yacko, Xaqhala, Wisha, Mizta D, Soul ID hingga Ucok Homicide, semuanya memberikan tanggapannya tentang budaya hiphop Indonesia. Dan masih banyak nama-nama lain yang saya tak ingat untuk disebutkan satu per satu.
Yang unik dari film BlackBook ini dalam bentuk penyajian adalah ketiadaan narator yang memandu penonton untuk memahami alur cerita. Sebelum acara, John Parapat – yang mengaku belum menonton filmnya sebelumnya, tapi saya tak yakin ia sedang berkata jujur. hehe – mengatakan bahwa film ini tidak memiliki plot. Jika ada alur cerita yang terlihat dalam perkembangannya, itu sama sekali tidak direncanakan.
Tapi ketiadaan narator malah menyebabkan narasi film menjadi lebih leluasa, tanpa batas. Footage dan interview yang dilakukan dengan sendirinya menjadi pemandu bagi ke arah mana alur ”cerita” film ini akan dibawa. Konsekuensinya memang proses penyampaiannya terkesan berlompat-lompat, tapi itu menjadi keseruan sendiri dalam dalam konteks hiphop, di mana kultur ”freestyle” menjadi kebanggaan.
Ferri sendiri mengatakan bahwa belum ada rencana untuk mendistribusikan film ini dalam bentuk DVD. Ia menjelaskan bahwa fokus utamanya adalah melakukan screening film ini ke daerah-daerah yang dikombinasikan dengan acara komunitas hiphop setempat. Tentu ia memiliki pertimbangan tersendiri walaupun saya pribadi mengganggap bahwa karena BlackBook ini adalah sebuah dokumentasi sejarah yang luar biasa, maka exposure yang seluas-luasnya dibutuhkan untuk penyebarannya.
Saya teringat beberapa tahun lalu seorang kawan dari Belgia menanyakan di mana ia bisa mencari referensi dan dokumentasi budaya hiphop di Indonesia. Saya tak bisa menjawab, karena kalaupun memang ada kala itu, keberadaannya tak diketahui. Sekarang, jika ada yang memberi pertanyaan serupa, saya akan menjawab bahwa sekarang kita punya BlackBook, film dokumenter hiphop Indonesia.

Lukisan

[sunting]Petani kentang

[sunting]Versi lain

[sunting]Foto van Gogh oleh pelukis lain

[sunting]Bertemakan lain-lainnya